PENGANTAR
Dalam bagian ini akan dibicarakan serba sedikit hal-hal
tentang sifat matematika yang mendasar. Dikatakan serba sedikit karena
memang tidak akan banyak diuraikan secara mendalam. Namun dalam uraian
yang disajikan dalam bagian ini pembaca diharapkan mempunyai pandangan
yang semakin jelas tengatng pla pemikiran dalam matematika. Apakah
sebenarnya hakikat matematika itu ? defenisi matematika yang manakah
yang diterima secara mutlakselama ini ? untuk menjawab hal itu memanglah
tidak mudah, sama tidak mudahnya dengan seorang buta “ menggambarkan
bentuk tubuh gaja” bila ia hanya meraba sebbagian – sebagian dari tubuh
gajah, maka mungkin ia akan mengatakan kaki gajah seperti tiang rumah
atau pohon yang besar. Sewaktu meraba yang lainnya dia mungkin
mengatakan bahwa gajah seperti seekor ular, demikian seterusnya. Jadi
tidak mengherankan kalau ada pihak yang mendefenisikan matematika
sebagai ‘ ilmu yang mempelajari struktur dan pola’. Lain pihak
mengatakan bahwa matematka adalah ‘ilmu tentang bilangan’. Pihak lain
lagi mengatakan bahwa matematika adalah ‘ilmu yang mempelajari
bangun-bangun abstrak’ dsb. Meskipun terdapat berbagai pendapat yang
nampak berlain-lain ini, tetapi dapat ditarik ciri-ciri yang sama,
antara lain :
1. matematika memiliki obyek kajian yang abstrak
2. matematika mendasarkan diri pada kesepakatan-kesepakatan.
3. matematika sepenuhnya menggunakan pola pikir deduktif.
4. matematika dijiwai dengan kebenaran konsistensi.
Adapun
obyek dasar matematika yang menjadi bahan kajian dasar adalah (1)
fakta,(2)konsep,(3)relasi-operasi(4)prinsip. Untuk memahami bahwa obyek
kajian matematika itu adalah abstrak dapat diingat pelajaran yang pernah
dikaji selama ini. Misalnya,’bilangan’ adalah abstrak, sedang yang kita
tulis adalah lambangnya atau simbolnya. Lambang-itulah yang termasuk
dalam ‘fakta’. Sedangkan bilangan sendiri adalah suatu konsep abstrak.
‘garis lurus’ misalnya, adalah abstrak. Sebenarnya tidak pernah dijumpai
garis lurus yang dibicarakan dalam matematika. Yang digambar dengan
penggaris adalah gambaran garis lurus. Demikian juga bangun-bangun
geometri.( kerna abstrak itulah maka diperlukan peragaan-peragaan untuk
mempermudah mengajarinya).
Berbagai macam istilah serta pengertiannya
merupakan kesepakatan-kesepakatan ang penting dalam matematika. Lambang
bilangan yang dipakai sekarang ini misalnya, adalah juga suatu
kesepakatan. Setelah kesepakatan- kesepakatan semacam itu, maka dalam
pembahasan selanjutnya secara konsisten digunakan.
Sebagaimana
beberapa ilmu yan lain maka sifatsifat atau prinsip-prinsip dalam
matematika dibentuk atau ditemukan melalui pola pikir deduktif ataupun
induktif. Dengan kata lain sifat-sifat atau prinsip-prinsip dalam
matematika ada yang ditemukan melalui pengalaman lapangan, ada pula yang
tanpa pengalaman lapangan ataupun malah secara intuitif. Skema dibawah
ini menunjukan kemungkinan-kemungkinan itu :
Dibangunya
teorema phytagoras, dibangunya teorema euler adalah dan
kenyatan-kenyataan dilapangan. Melalui suatu abstraksi tertentu dicapai
generalisasi. Namun kemudian dengan menggunakan pola pikir deduktif
dapat dibuktikan kebenaran teorema-teorema tersebut. Dalam proses itu
jelas adanya daya krestifitas para penemunya. Berikut ini ditunjukan
contoh bagaimana daya kreaktivitas dan intuisi bekerjasama untuk
menemukan suatu sifat dalam geometri.
Mula-mula diamati dua buah garis sejajar g dan h, dan titik A,B,C
digaris g sedangkan titik P,Q,R di garis h. kemudian masing-masing titik
dihubungkan dengan setiap titik digaris lain. Ternyata tampak ada tiga
titik potong garis-garis hubung itu yang terletak pada satu garis lurus,
yaitu X,Y,Z.
Bagaimanakah halnya dengan garis gdan h yang tidak
sejajar? Bagaimana halnya dengan garis g dan h yang tidak lurus?
Bagaimana halnya dengan kedua garis itu merupakan bagian dari sebuah
lingkaran?
Ternyata selalu ditemukan tiga macam titikX,Y,Z yang
segaris. Selanjutnya temuan itu harus dapat dibuktikan kebenarannya
menggunakan kesepakatan-kesepakatan atau sifat-sifat yang sudah ada.
Jadi akhirnya haruslah digunakan pola pikir deduktif.
PENGERTIAN PANGKAL DAN PERNYATAAN PANGKAL
Dalam kehidupan keseharian waktu ini selalu dijumpai pendapat bahwa 2+3
haruslah 5. mengapa? Sebenarnya meskipun secara khusus tidak ditulis
lagi, dalam keseharian itu telah’disepakati’ bahwa kita selalu bicara
dalam ruang lingkup bilangan dengan basis sepuluh. Demikian juga simbol
atau lambang bilangan yang dipakai, telah disepakati.(coba renungkan ada
seorang peserta seminar yang bertanya :’kapan kesepakatan itu dimulai
atau diadakan?’. Untuk menjawab itu tidak bisa tidak kita harus hormat
kepada guru-guru SD kita dulu). Dengan kata lain kalau diubah ‘basis
bilangannya’ akan diperoleh jawaban yang lain. Ini berarti bahwa semesta
atau invers pembicaraan yang harus amat diperhatikan dalam matematika.
Dan dalam setiap semesta itu diperlukan adanya pangkal-pangkal
kesepakatan. Pangkal-pangkal kesepakatan itu dapat berupa ‘pernyataan’
dan dapat pula berupa ‘pengertian atau unsur’ tertentu.
Umumnya
disepakati bahwa dalam suatu struktur matematika (terdapat banyak
struktur dalam matematika ). Terdapat ‘pernyataan pangkal’ atau biasa
disebut ‘aksioma’ dan ‘pengertian atau unsur pangkal’ atau sering
disebut ‘unsur primitif atau undefined term’. Aksioma diperlukan dalam
suatu struktur matematika agar dapat dihindari ‘berputar-putar dalam
pembuktian’ atau ‘circulus in probando’. Sedangkan unsur primitif dalam
suatu struktur matematika perlu untuk menghindarkan ‘berputar-putar
dalam pendefenisian’ atau ‘ circulus in definiendo’. Hal tersebut
sekaligus menunjukan bahwa kebenaran suatu pernyataan dalam matematika
sangat tergantung pada kebenaran pernyataan-pernyataan dan unsur-unsur
terdahulu yang telah ditentukan kebenaran koherensi atau kebenaran
konsistensi. Contoh yang mudah diingat dan dipahami dapat diambil dari
geometri euklid :
1. titik,garis,dan bidang dipandang sebagai unsur primitif
2. melalui dua buah titik ada tepat sebuah garis lutus dibuat, sebagai salahsatu aksioma.
Dari unsur-unsur primitif dan aksioma tertentu dapat ditentukan suatu
pernyataan lain yang sering disebut sebagai ‘ teorema’. Demikian juga
dapat dibuat defenisi tentang suatu konsep lain.
MEMBEDAKAN BEBERAPA AKSIOMA
Dibagian
terdahulu telah dijelasakan tentang aksioma. berikut ini akan
dijelaskan lebih lanjut tentang beberapa aksioma yang dapat membentuk
suatu sistem aksioma.
1. Sistem aksioma dan syaratnya
Untuk suatu
struktur matematika biasanya didahului dengan beberapa unsur primitif
dan beberapa pernyataan atau aksioma. Agar suatu kumpulan aksioma dapat
merupakan sebuah sistem (tentu yang dihgarapkan produktif), diperlukan
syarat-syarat yang penting. Syarat-syarat yang penting itu adalah :
1. konsisten (taat asas)
2. independen (bebas)
3. komplit atau lengkap
4. ekonomis.
Dari ketiga syarat tersebut yang utama adalah nomor (1),(2)dan(3),
sebab nomor (4) seringkali dapat juga dipandang sebagai akibat syarat
nomor 2.
Suatu sistem aksioma dikatakan memenuhi syarat ‘konsisten’
bila pernyataan-pernyataan dalam kumpulan aksioma itu tidak
kontradiktif. Non-kontradiksi itu bukan hanya dalam makna pernyataannya
tetapi juga dalam hal istilah serta simbol yang digunakan.
Suatu
sistem aksioma dikatakan memenuhi syarat ‘independen’ bila masing-masing
pernyataan dalam kumpulan aksioma itu tidak saling bergantung, artinya
pernyataan atau aksioma yang satu harus tidak dapat diturunkan atau
diperoleh dari aksioma-aksioma yang lain.
Suatu sistem aksioma
dikatakan memenuhi syarat ‘ekonomis’ bila simbol-simbol atau
istilah-istilah yang digunakan tidak berlebihan(tidak redundan), selain
itu juga pernyataan dalam kumpulan aksioma itu tidak ada yang memiliki
makna sama.
2.klasifikasi aksioma
Dalam setiap ilmu terdapat
suatu cara klasifikasi. Dan masing-masing secara klasifikasi itu tentu
saja memiliki dasar tertentu. Klasifikasi yang diadakan tidak
dimaksudkan untuk mempersulit mereka yang mempelajarinya, makalah
sebaliknya akan tetapi dapat mempermudah mereka yang mempelajari ilmu
tersebut.
Dalam matematika dikenal beberapa klasifikasi aksioma.
Berikut ini diperkenalkan cara klasifikasi, yakni (1) aksioma yang ‘self
evident truth’ dan (2) aksioma ‘material’,’formal’dan ‘diformal’. Sudah
tentu suatu aksioma dapat disoroti dari kaca mata cara klasifikasi itu.
Klasifikasi-1.
Suatu aksioma dikatakan ‘self evident truth’ bila dalam pernyataan
memang telah langsung tergambar kebenaranya. Ini tampak jelas pada
aksioma dari geometri Euclides, misalnya dalam planimetri : ‘melalui dua
buah titik berlainan hanya dapat dibuat tepat satu garis’
Sedangkan
lawan dari itu yaitu yang ‘non-self evident truth’ akan terlihat sebagai
pernyataan yang mengaitkan fakta, dan konsep (dapat lebih dari satu)
dengan menggunakan suatu relasi tertentu. Sehingga lebih terlihat
sebagai suatu kesepakatan saja. Ingat sistem aksiomanya suatu ruang
metrik, suatu grup, suatu topologi, suatu poset, dan masih banyak lagi
yang lain. Justru cara pengangkatan aksioma semacam itulah yang
memberikan kemungkinan lebih besar atas perkembangan matematika .
Klasifikasi-2
Suatu aksioma dikatakan aksioma ‘material’ bila unsur-unsur serta
relasi yang terdapat dalam aksioma itu masih berkaitan langsung dengan
realitas atau dikaitkan langsung dengan materi tertentu atau dianggap
ada yang sudah diketahui.
(perhatikan aksioma Euclid yang diketahui ternyata bahwa tidak lengkap ).
Suatu
aksioma dikatakan ‘ aksioma formal’ jika unsur-unsurnya dikosongkan
dari arti, namun maish dimungkinkan adanya unsur atau relasi yang
dinyatakan dengan bahasa biasa antara lain terlihat dengan masih
bermaknanya kata ‘atau’ ‘dan’ dsb, dalam logika.
(perhatikan logika dalam aljabar abstrak)
Suatu
aksioma dikatakan ‘aksioma yang diformalkan’ bila semua unsur termasuk
tanda logika dikosongkan dari makna, sedemikian sehingga semua unsur
diperlukan sebagai simbol belaka.
(renungkan pernyataan ini: ‘hakim
tertinggi dalam matematika yang dapat menentukan apakah suatu pernyataan
benar atau salah adalah STRUKTURNYA sedangkan hakim tertinggi dalam
IPA adalah REALITAS ).
KONSEP BUKAN PANGKAL
Di bagian
terdahulu dikemukakan adanya pengertian atau unsur primitif, secara
kurang dapat sering juga disebut ‘konsep tak didefenisikan’. Dalam suatu
struktur tertentu banyak dijumpai konsep-konsep semacam ini dalam
tulisan ini disebut konsep bukan pangkal. Selain itu dalam tulisan ini
pengertian konsep yang dipakai adalah : ‘ide abstrak yang dapat
digunakan untuk melakukan penggolongan atau klasifikasi’. Dan suatu
konsep dapat dibentuk melalui suatu abstraksi. Sebagai contoh sederhana
dalam kehidupan sehari-hari kita dapat mengatakan bahwa sepeda, kereta
api, mobil, becak, adalah kendaraan. Tetapi rumah, pohon, batu bukanlah
kendaraan. Ini berarti ‘kendaraan’ adalah suatu konsep. Konsep kendaraan
itu dapat saja dipandang sebagai suatu abstraksi dari beberapa
kendaraan khusus tertentu.
1. Konsep dan pembentukanya
Dibagian
atas telah disebutkan selintas tentang pembentukan konsep. Demikian juga
pengertian konsep yang digunakan dalam tulisan ini. Dalam matematika
dikenal anyak konsep. Misalnya : ‘segitiga’.’segiempat’,dsb. Dikenal
juga konsep ‘ruang metrik’,’group’,dan masih banyak lagi.
Kalau
disebut ‘ segitiga’ maka ide itu dapat digunakan untuk melakukan
pengelompokan atau klasifikasi, sedemikian sehingga suatu bangun datar
dapat termasuk segitiga ataukah tidak. Demikian juga konsep-konsep yang
lain. Bagaimana pembentukan suatu konsep itu? Pembentukan suatu konsep
dapat melalui :
1. abstraksi , misalnya : pembentukan bilangan dilakukan melalui dua kali abstraksi.
2. idealisasi, misalnya: ‘kerataan’ suatu bidang dan ‘kelurusan’ suatu garis.
3. abstraksi dan idealisasi, misalnya : ‘kubus’,’kerucut’.
4. penambahan syarat pada konsep terdahulu, misalnya : ‘belahketupat’ dari ‘jajaran genjang’.
2. Defenisi atau batasan
Dibagian
atas pembentukan suatu konsep ditunjukan dengan penekanan pada
prosesnya. Sedangkan agar dapat jelas dan dapat digunakan secara
operasional perlu diungkap dalam suatu kalimat yang memuat
pembatasan-pembatasan.
Jadi defenisis suatukonsep adalah ‘ungkapan yang dapat digunakan untuk membatasi suatu konsep’
‘trapesium’
adalah suatu konsep. Sedangkan defenisi dari trapesium misalnya :
‘trapesium adalah segiempat yang terjadi bila sebuah segitiga dipotong
garis yang sejajar salah satu sisinya’. Inilah ungkapan yang membatasi
konsep trapesium itu. Suatu ungkapan yang membatasi suatu konsep belum
memiliki nilai benar atau salah, tetapi setelah ditetapkan atau
disepakati dalam suatu struktur maka selanjutnya ungkapan itu memiliki
nilai benar.
Defenisi atau ungkapan yang membatasi suatu konsep ada beberapa jenis :
1. beberapa jenis defenisi :
defenisi suatu konsep dapat dibedakan menjadi :
a. Defenisi Analitik
Suatu
defenisi dikatakan bersifat analitik bila defenisi tersebut menyebutkan
genus proksimum dan deferensia spesifika.(genus : keluarga
terdekat,deferensia spesifika:pembeda khusus)
Perhatikan defenisi berikut ini(dalam suatu struktur defenisi tertentu)
. Belah ketupat adalah jajaran genjang yang ………….
. belah ketupat adalah segiempat yang ……………….
Yang
pertama menunjukan genus proksimum yaitu ‘ jajaran genjang’, sedangkan
yang kedua tidak menyebutkan genus proksimum, yang berakibat tidak
ekonomis. Sedangkan deferensia spesifikanya adalah keterangan yang
terdapat di belakang kata ‘ yang ‘.
b. Defenisi genetik
Suatu
defenisi dikatakan bersifat genetik jika defenisi ini menunjukan adanya
pengungkapan cara terjadinya atau membentuknya konsep yang
didefenisikan, perhatikan defenisi ini :
. Trapesium adalah segiempat yang terjadi bila sebuah segitiga dipotong oleh sebuah garis yang sejajar salah satu sisinya.
.
Jaring-jaring limas adalah bangun yang terjadi jika sisi limas
direbahkan dengan poros rusuk alas hingga sampai ke bidang pemuat
alasnya.
c. Defenisi dengan rumus
Suatu defenisi tidak selalu
dinyatakan dengan ungkapan bebentuk kalimat biasa, dapat juga
diungkapkan dengan kalimat matematika. Dengan demikian dapat berbentuk
suatu rumus.
Perhatikan :
. Dalam ilmu bilangan atau lapangan. a-b = a+(-b)
. Dalam aljabar, n! = 1.2.3.4………..(n-2)(n-1)n. dengan 0!= 1! = 1.
. Dalam aljabar f = {(a,b)|(a,b),(a,b’) dalam f maka b=b’}
2. Unsur-unsur suatu defenisi
Perhatikan dua kalimat defenisi berikut :
. Segitiga samasisi adalah segitiga yang ketiga sisinya sama.
. Suatu segitiga adalah samasisi jika dan hanya jika ketiga sisinya sama panjang.
Defenisi tersebut diatas dapat diperhatikan unsur-unsurnya :
a. latar belakangnya, dalam hal diatas adalah ‘bangun datar’
b. genusnya, dalam hal diatas adalah ‘ segitiga’
c. istilah yang didefenisikan, dalam hal diatas adalah ‘segitiga samasisi’
d. atributnya, dalam hal diatas adalah ‘ketiga sisinya sama’
terlihat
bahwa untuk menentukan unsur-unsur suatu defenisi akan lebih mudah jika
kalimat defenisinya seperti bentuk kedua, yaitu kata ‘ jika dan hanya
jika’
hal itu akan lenih terasa bila akan menentukan atribut dari defenisi itu.
3. Intensi dan Ekstensi suatu defenisi
sekarang akan ditinjau segi lain dari defenisi. Perhatika beberapa defenisi dibawah ini.
a. Segitiga samasisi adalah segitiga yang ketiga sisinya sama
b. Segitiga samasisi adalah segitiga yang ketiga sudutnya sama
c. Segitiga samasudut adalah segitiga yang ketiga sudutnya sama
d. Segitiga samasudut adalah segitiga yang ketiga sisinya sama.
Dari
defenisi a dan b mendefenisikan hal yang sama, yaitu segitiga samasisi.
Tetapi atribunya berbeda, yang satu mengutamakan perhatian pada ‘sisi’,
sedangkan yang lain mengutamakan perhatian pada ‘sudut’.
Demikian juga defenisi c dan d, tetapi hal yang didefenisikan adalah segitiga samasudut.
Bagimana
himpunan bangun segitiga yang didefenisikan keempatnya? Apakah himpunan
baguan itu sama atau tidak? Adakah segitiga samasisi yang tidak
samasudut? Adakah segitiga samasudut yang bukan segitiga samasisi? Tidak
terlalu sulit untuk mnjawabnya bukan? Ya. Himpunan bangun segitiga yang
didefenisikan keempat defenisi diatas adalah sama. Ini dikatakan bahwa
keempat defenisi diatas memiliki EKSTENSI yang sama.dua atau lebih
defenisi yang memiliki ekstensi sama (sering juga dikatakan jangkauannya
sama) disebut defenisi ekuivalen.
Tetapi apa perbedaanya ?
Diatas
telah dikatakan bahwa pengutamaan perhatian beda. Atribut yang satu
mengutamakan sudut, sedang yangb lain mengutamakan sisi. Ini mengatakan
bahwa defenisi a dan b memiliki ekstensi berbeda, pikirkan dua defenisi
berikut :
. Bidang empat adalah bangun ruang yang bersisikan tiga segitiga.
. Limas segitiga adalah limas yang alasnya berupa segitiga.
PERNYATAAN BUKAN PANGKAL
Didepan
telah dikenalkan aksioma yang juga dapat disebut pernyataan pangkal.
Pernyataan yang disepakati atau tidak memerlukan pembuktian. Sekarang
akan dibicarakan pernyataan ini, yang dapat diturunkan dari aksioma
ataupun teorema sebelumnya.
Pada umumnya suatu teorema dapat dikatakan suatu implikasi(jika….maka……..)
1. Teorema dan menemukannya
Dibagian
depan telah dikatakan bahwa suatu teorema atau sifat tidak selalu
didapat dengan pemikiran deduktuf, tetapi juga mungkin ditemukan melalui
pengalaman lapangan ataupun data empirik. Namun demikian akhirnya
kebenarannya harus dapat dibuktikan dengan pola deduktif dalam
strukturnya. Jadi suatu teorema atau suatu sifat dapat saja diperoleh
melalui langkah-langkah induktif, baru kemudian dibuktikan dengan cara
deduktif. Sifat-sifat suatu barisan dapat saja ditemukan secara
coba-coba, baru kemudian dapat dibuktikan kebenarannya dengan cara
induksi matematika . demikian juga beberapa teorema atau sifat dalam
jaringan atau graph.
2. Teorema
Di atas telah dikemukakan bahwa
suatu teorema pada umumnya suatu implikasi. Namun ada juga yang berupa
biimplikasi. Berbeda dengan defenisi, kalimatnya harus selalu diartikan
sebagai biimplikasi.
Dalam pembicaraan tentang teorema, termasuk
didalamnya ‘lemma’ dan ‘corollary atau teorema akibat’. Apabila suatu
teorema dipandang sebagai suatu implikasi, ‘ jika……...maka……’, dapat
ditinjau unsur-unsurnya.
Unsur-unsur suatu teorema sedemikian adalah :
1. latar belakang, 2. hipotesis, 3. konsejuen.
Perhatikan teorema dibawah ini :
Jika sebuah segitiga samakaki, maka sudut-sudut alasnya sama.
Dengan menggunakan ‘jika….maka….’ ini akan lebih mudah menemukan unsur-unsur teorema tersebut.
a. latar belakangnya adalah segitiga
b. hipotesisnya adalah segitiga samakaki
c. konsekuensinya adalah sudut-sudut alasnya sama.
Dari contoh diatas, hipotesis suatu teorema dianggap bagian yang
diketahui, sedangkan konsekuensi suatu teorema adalah bagian yang akan
dibuktikan kebenaranya.
Sekarang teorema diatas ditulis secara lain :
Jika ABC sebuah segitiga, maka ABC sama kaki jika dan hanya jika sudut-sudut alasnya sama.
Apakah pernyataan terakhir sepenuhnya sama dengan pernyataan pertama???
Ya,
memang tidak sepenuhnya sama. Kalau pernyataan pertamasecara simbolik
dapat ditulis a ====> b, sedangkan pernyataan kedua secara simbolik
dapat ditulis p===>(q<==>r).
Bentuk p===>(q<==>r)
adalah senilai dengan p===>(q==>r) dan p===>(q<==r). bentuk
terakhir ini senilai dengan (p dan q==>r) dan (p dan r ===>q).
Dengan demikian maka hipotesis dari pernyataan kedua yang dapat juga dipandang suatu teorema haruslah dilihat secara perbagian.
SELESAI
wah punya blog ya, matematika lagi, mampir juga ya mbak ke blog saya :) tinggal klik nickname saya yg di komentar aja :) makasih
BalasHapus